E-commerce dituding jadi Pemicu Merebaknya Impor Produk Luar Negeri, Benarkah seperti Itu?
Ilustrasi e-commerce |
CariUang - Asosiasi UMKM Indonesia (Akumindo) menyebutkan bahwa merebaknya impor tidak disebabkan oleh platform e-commerce. Justru platform tersebut menjadi peluang tersendiri bagi pelaku UMKM.
Sekjen Akumindo menjelaskan bahwa e-commerce merupakan teknologi yang mempermudah penjualan produk.
Tidak terkecuali tik tok shop yang saat ini berkolaborasi dengan Tokopedia. Dirinya menyebut bahwa kolaborasi tersebut menjadi perantara penjual dan pembeli.
"TikTok Shop tidak bisa disalahkan. Sebagai masyarakat global, kita tidak bisa menutup pasar terhadap produk impor. TikTok Shop silakan saja beroperasi sesuai dengan aturan yang sudah dibuat. Kita juga tidak mau produk kita dipersulit dengan aturan ketat di luar negeri," kata Edy, dalam keterangannya seperti yang dilansir dari liputan 6, sabtu (22/6/2024).
Baca Juga: Peluang Usaha Baru Mengintai UMKM jika Pakai Teknologi Ini!
Pemerintah juga telah berupaya agar Indonesia tidak dipenuhi dengan produk impor dan tidak bertatap langsung dengan UMKM. Hal ini diupayakan melalui berlakunya peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 31/2023 tentang perizinan, berusaha, periklanan, pembinaan dan pengawasan pelaku usaha dalam perdagangan melalui sistem elektronik.
Melalui peraturan tersebut pemerintah melarang penjualan produk impor jika dipatok dengan harga di bawah USD100.
"Berarti yang USD100 ke atas saja yang menjadi pasar bersama. Ingat, bukan pasar impor namun pasar bersama, baik barang impor maupun barang lokal," ujar Edy.
Tak sampai disitu saja, Edy juga menjelaskan bahwa sinergi Tik Tok Shop dan Tokopedia mampu memberikan kesempatan terhadap UMKM untuk menawarkan akses ke jangkauan lebih luas. Hal itulah yang membuat sejumlah UMKM wajib merebut pasar.
Baca Juga: Mulai Terasa, China Jajah RI dengan Modus Ini
"Pasar sudah terbuka, regulasi sudah dibuat. Masalahnya, kita siap atau enggak? Makanya, tidak ada lagi alasan untuk bersantai-santai. Saatnya bersaing dengan sehat sebagai masyarakat global," tegasnya.
Sebelum platform e-commerce marak, terlebih dahulu produk impor sudah memenuhi Indonesia termasuk dalam industri tekstil. Pada tahun 2000 an banyak beredar tekstil asal China.
Hal itulah yang membuat Edy yakin bahwa mekanisme perdagangan tidak boleh memicu masyarakat Indonesia terpencil.
Terlebih jika sifat tersebut muncul makan perdagangan nasional dari Indonesia kurang diterima.
"Yang penting, pengawasan harus ditegakkan. Jangan sampai ada produk impor masuk secara ilegal. Mentalitas untuk menggunakan produk dalam negeri juga harus ditekankan. Kalau ini semua berfungsi dengan benar, kita akan menjadi negeri yang kuat ke depan," pungkas Edy.